Friday 2 May 2014

Naga Adamantium

oleh A. Awantang

Ia gagah menuruni cenuram.
laju aerodinamik,
coklat lumpur lusuh badannya,
dan kepak sisi yang membayangi dua pertiga gunung.

Menggegar dengar jeritan 
Tiada lagi hilai ketawa,
hanya tangisan.
Melihat wajah bengisnya
Mereka tidak mampu lagi
berdiri sendiri.

Lontarlah apa sekalipun
Tidak sedikit ia terluka
Malah meningkat amarah,
Mendabik tinggi
dari jarak langit dan bumi
maka ia bermula.

Merekah cahaya dan 
terasa bahang api
Menyala terang dari celahan perisai adamantium,
Lahar panas melalui trakea hitam
Menyembur segenap penjuru,
Membakar rentung habis semua,
tiada sisa.

Maka,
Ia beransur pergi.

Kembali ke gua kelam,
meleraikan perisai adamantium,
satu persatu
mendedahkan dalam yang gebu dan lembut,
lalu baring berpeluk tubuh
berbantalkan stalagmit 
dan tidak berselimut

Saat ini adalah saat ia sendiri
Menilai setiap perbuatan celanya,
Sendu berlagukan titisan air gua,
Sunyi, malah nafasnya bergema,
Yang ia mahu 
hanya sedikit perhatian cuma. 

Kota Kinabalu, Mei 2014.  

No comments:

Post a Comment